Minggu, 17 November 2013

Mahasiswa Pecinta Sepeda (Macida) UMA Goes Sampai Jogjakarta

“ Mulai dari Modal 1,2 juta, Dibilang Gila, Hingga Tidur Pun di Sel ! ” 

Mengayuh sepeda keliling kota Medan saat pagi ataupun sore sudah menjadi hal biasa, namun jika mengayuh sepeda sampai ke Jogjakarta dengan membutuhkan waktu berbulan bulan tentu diangkap pekerjaan gila dan cari mati, namun itu pulalah yang sudah di lakukan oleh Komunitas Mahasiswa Pecinta Sepeda (Macida) UMA.

Sejak terbentuk pada tahun 2012, komunitas sepeda ini tidak hanya sebagai ajang gagahan memamerkan sepeda yang di miliki, namun juga mempunyai pesan sosial untuk mengkampanyekan penghijauan dengan menggunakan sepeda, karena menurut komunitas ini, penghijauan tidak hanya dengan melakukan aksi tanam pohon, namun juga dapat dengan membudayakan naik sepeda sebagai sarana transortasi alternatif untuk mengurangi gas emisi yang tinggi yang umumnya hasilkan oleh kenderaan bermotor.

“ Kenderaan bermotor merupakan salah satu penyumbang gas emisi terbesar yang dapat merusak lingkungan, maka kami mengajak masyarakat untuk membudayakan naik sepeda atau berjalan kaki, jika jarak tempuhnya hanya 1 KM saja, ini sebagai bentuk kepedulian lingkungan” kata Agus Budianto, Pembina Komunitas Macida UMA dikampusnya

Karena Jogjakarta sebagai kota yang membudayakan masyarakat naik sepeda, maka dari situ lah, Agus bersama rekannya Mualimun memberanikan diri untuk mengayuh sepeda nya sampai ke Jogjakarta,  melintasi beberapa provinsi sekaligus mengkampanyekan penghijauan dengan sepeda pada Juli 2012 lalu. Dengan mengambil tema Expedition Go Green With Our Bike , mereka berdua dengan membawa perlengkapan  dan uang saku seadanya berangkat menelusuri daerah yang menjadi rute di  lintasi tak lupa bendera putih yang berisikan pesan kampanye dan bendera merah putih di sangkutkan berdiri tegak di belakang sepeda. 

“ Kami berdua cuma bawa uang 1,2 juta , dan itu pun pake uang pribadi, sempat minta bantuan sana sini, namun niat kami dianggap gila dan kurang kerjaan, tapi kami tetap jalan karena niat kami sudah bulat” cerita Agus mahasiswa Fisip UMA ini.

Memulai perjalanan melintasi daerah dan bertemu banyak masyarakat dengan berbagai macam karakter dan budaya, memberikan sejuta pengalaman yang menarik untuk di kenang. Apalagi perjalanan tersebut memasuki masa bulan Ramadhan sehingga mengharuskan keduanya untuk berpuasa.

“ Pengalaman menariknya, kita bisa bertemu banyak masyarakat, dan mereka juga lah yang banyak membantu kami, baik itu menyediakan makanan, uang serta tempat tinggal” kata Agus yang juga mantan Gubernur FISIP UMA ini.

Selain menjumpai masyarakat, mereka pun selalu berusaha menjumpai kepala daerah setempat, untuk dapat menyampaikan isi dari kampanye mereka, tak sedikit selama perjalanan ada kepala daerah yang mendukung, ada pula yang enggan menjumpai. Sementara Untuk mendapatkan tempat tinggal melepas lelah perjalanan, mereka pun biasa tinggal di rumah warga, mesjid bahkan di Polsek. 

“ Kami juga pernah numpang tidur di Polsek Air Batu, Asahan, namun karena tempat gak ada, kami jadinya tidur di dalam sel, begitu juga kami pernah tidur di SPBU Jakarta, terus kami di usir penjaganya ” katanya.

Singkatnya, dalam perjalanan ke Jogja yang menempuh waktu selama dua bulan, membuat kondisi fisik mereka sempat sakit, keduanya pun pernah jatuh sakit terserang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) karena banyak menghirup debu di jalanan, namun karena tekad yang kuat dan perhatian dari masyarakat dan mahasiswa setempat, akhirnya mereka kembali sehat dan melanjutkan perjalanan kembali dan tiba di Jogjakarta dalam keadaan sehat.

“ Badan kurus, kulit sampai keleng, sepeda yang kami naik masing masing dua kali ganti ban dalam dan luar, totalnya dua bulan kami sampai ke Jogjakarta” katanya lagi.

Begitu sampai di Jogja mereka pun bertemu dengan tokoh masyarakat Jogjakarta begitu juga dengan akademisi dari UGM, mereka pun mendukung apa yang menjadi kegiatan kami. Dan saling bertukar informasi mengenai budaya masing masing.

Setelah puas selama enam hari di Jogjakarta, mereka berdua pun pulang dengan menggunkan kereta api dan pesawat, sepeda mereka di paketkan langsung ke Medan, di Jogjakarta mereka pun banyak mendaopatkan bantuan materi termasuk dari kampus UMA sendiri.
Sementara itu, Mualimun yang kini menjabat sebagai Ketua MAcida UMA menceritakan setelah pulang ke Medan, secara perlahan komunitas sepeda ini mulai di gemari, bahkan pada Desember 2012 mereka kembali menjajal Medan – Sabang dengan membawa anggotanya perempuan naik sepeda

“ Baru baru ini pada Oktober 2013 kami juga telah konvoi mengelilingi pulai Samosir.” Kata Mahasiswa Administrasi Negera FISIP UMA ini. 

Rencana komunitas ini tidak hanya berekspedisi sampai dikota  Jogjakarta saja , namun juga berencana Touring mengelilingi seluruh pulau yang ada di Indonesia bahkan sampai keluar negeri. Selain itu juga rutinitas dari komunitas ini antara lain melakukan penanaman bibit mangrove serta touring di sekitaran kota Medan dan sekitarnya. Rholand Muary

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Sumut Paten” dalam Analisa Wacana Kritis

Sumut Paten, kini sudah menjadi jargon politik dan ciri khas dari Gubernur Sumatera Utara, Ir. HT. Erry Nuradi, M.Si. Dalam berbaga...