Minggu, 06 Juli 2014

Memilih Tuhan atau Memilih Presiden (?)

Memilih Tuhan atau Memilih Presiden?

Momentum Pilpres yang sebentar lagi, ternyata  membuat animo masyarakat Indoensia secara ‘blak-blakan’ menyatakan dukungannya kepada salah satu calon presiden dan wakil presiden, hasrat politik sepertinya tidak dapat dibendung, seakan dukungan poltik menjadi satu nafas yang tidak dapat dipisahkan.

Dukungan politik tersebut tidak hanya berasal dari individu masyarakat namun juga datangnya dari berbagai macam ormas keagaman, masyarakat , kelompok warga,komunitas, daerah dan lain lain diluar dukungan partai politik dan elite...

Ada fenomena menarik, pada pilpres tahun 2014 ini, bila dibandingkan dengan pilpres lima tahun sebelumnya, jika dahulu masih banyak kita dengar masyarakat yang mengkampanyekan untuk tidak memilih atau Golput, namun saat ini bisa dikatakan  lenyap untuk kita dengar, apakah ini karena kampanye KPU yang baik mengajak orang jangan Golput atau masyarakat sudah sangat yakin dengan kandidat calon presiden saat ini.

Begitu juga dengan perkembangan sosial media berupa FB, Twitter, Blog dan lain sebagainya, ternyata sekejapmembuat masyarakat lebih mudah mengakses informasi mengenai calon presiden yang akan dipilihnya, namun dibalik itu juga masyarakat terlalu mudah mendapatkan kampanye negatif sehingga informasinya yang didapatkan dapat berupa fitnah, black campaign tidak terfilter dengan baik, hal tersebut  bisa jadi sengaja dihembuskan oleh pihak lawan politik untuk menjatuhkan elektabilitas calon presiden tertentu..
Pernyataan dukungan baik secara ‘blak-blakan’ maupun tersirat sepertinya juga sudah sangat tampak di media sosial, namun sayangnya dibalik itu semuanya, muncul persoalan baru, dimana masing-masing pengguna sosial media, ikut terjerumus alur politik yang membuat satu sama lain saling ‘berkelahi’ berakibat silaturahmi menjadi buyar, seakan etika dan tata krama yang menjadi budaya adiluhung pun ikut tercemar gara-gara berbeda pandangan politik menentukan pilihannya. Lantas yang menjadi pertanyaan kita, apakah pilpres tahun ini menjadi agenda perubahan besar untuk Indonesia kedepan??

Kalau saya akan menjawab, bisa iya bisa juga tidak, kenapa? Karena calon presiden yang akan kita pilih (Joko widodo dan Prabowo Subianto) bukanlan calon pemimpin yang sempurna, yang tidak terlepas dari kekurangan ketika ia jauh sebelum mendeklarasikan diri sebagai calon presiden, maupun nanti setelah menjadi seorang presiden, namun yang menjadi gambaran saat ini, dukungan politik masyarakat belum mencerminkan masyarakat yang menjunjung etika dan tata krama, seakan pilpres tahun ini memilih ‘Tuhan’ yang harus dipastikan menang, sementara lawannya merupakan ‘iblis’ atau ‘setan ‘yang wajib untuk dikalahkan,kedewasaan pandangan seperti ini sangat jauh dari cerminan budaya politik yang sehat. Apakah dinegara lain seperti saat ini pendidikan politiknya?

Pada tanggal 9 Juli 2014  nanti , dapat dipastikan kita  mengetahui siapa presiden yang akan dipilih oleh mayoritas penduduk Indonesia, namun lagi-lagi melihat kondisi objektif karakteristik pendukung saat ini, ada kekhawatiran bagi pendukung yang calon presiden yang ‘kalah’, tidak menerima kekalahan bahkan cenderung anarkis secara pemikiran, inilah mengapa fenomena mendukung capres dan cawapres tahun 2014 ini seakan memilih tuhan dan iblis, mainset pemilih menjadi ‘ortodoks’ bahkan ‘kekanak-kanakan’ melihat sisi-sisi dukungan politik yang belum tentu juga membawa demokrasi Indonesia menjadi demokrasi substansial bukan demokrasi yang sifatnya prosedural.

Intinya, semoga Pilpres ini cepat berlalu, dan menghasilkan presiden Indonesia yang hebat, masyarakat pendukung yang kalah juga tidak mesti berperilaku oposisi, jika presiden terpilih mempunya program kerja yang bagus dan nyata untuk rakyat maka wajib untuk didukung, namun jika bertolak belakang wajib pula untuk dikritisi bersama. Ini adalah tulisan pribadi yang berangkat dari kegelisahan padangan yang terlihat sehari hari, sangat sederhana namun mempunyai impikasi buat penulis pribadi dan juga pembaca. Terima Kasih.http://politik.kompasiana.com/2014/07/02/memilih-tuhan-atau-memilih-presiden-665792.html


Salam Perubahan

“Sumut Paten” dalam Analisa Wacana Kritis

Sumut Paten, kini sudah menjadi jargon politik dan ciri khas dari Gubernur Sumatera Utara, Ir. HT. Erry Nuradi, M.Si. Dalam berbaga...