Memilih Tuhan atau Memilih Presiden?
Momentum
Pilpres yang sebentar lagi, ternyata
membuat animo masyarakat Indoensia secara ‘blak-blakan’ menyatakan
dukungannya kepada salah satu calon presiden dan wakil presiden, hasrat politik
sepertinya tidak dapat dibendung, seakan dukungan poltik menjadi satu nafas
yang tidak dapat dipisahkan.
Dukungan
politik tersebut tidak hanya berasal dari individu masyarakat namun juga
datangnya dari berbagai macam ormas keagaman, masyarakat , kelompok
warga,komunitas, daerah dan lain lain diluar dukungan partai politik dan elite...
Ada
fenomena menarik, pada pilpres tahun 2014 ini, bila dibandingkan dengan pilpres
lima tahun sebelumnya, jika dahulu masih banyak kita dengar masyarakat yang
mengkampanyekan untuk tidak memilih atau Golput, namun saat ini bisa dikatakan lenyap untuk kita dengar, apakah ini karena
kampanye KPU yang baik mengajak orang jangan Golput atau masyarakat sudah
sangat yakin dengan kandidat calon presiden saat ini.
Begitu
juga dengan perkembangan sosial media berupa FB, Twitter, Blog dan lain
sebagainya, ternyata sekejapmembuat masyarakat lebih mudah mengakses informasi
mengenai calon presiden yang akan dipilihnya, namun dibalik itu juga masyarakat
terlalu mudah mendapatkan kampanye negatif sehingga informasinya yang
didapatkan dapat berupa fitnah, black campaign tidak terfilter dengan baik, hal
tersebut bisa jadi sengaja dihembuskan
oleh pihak lawan politik untuk menjatuhkan elektabilitas calon presiden
tertentu..
Pernyataan
dukungan baik secara ‘blak-blakan’ maupun tersirat sepertinya juga sudah sangat
tampak di media sosial, namun sayangnya dibalik itu semuanya, muncul persoalan
baru, dimana masing-masing pengguna sosial media, ikut terjerumus alur politik
yang membuat satu sama lain saling ‘berkelahi’ berakibat silaturahmi menjadi
buyar, seakan etika dan tata krama yang menjadi budaya adiluhung pun ikut
tercemar gara-gara berbeda pandangan politik menentukan pilihannya. Lantas yang
menjadi pertanyaan kita, apakah pilpres tahun ini menjadi agenda perubahan besar
untuk Indonesia kedepan??
Kalau
saya akan menjawab, bisa iya bisa juga tidak, kenapa? Karena calon presiden
yang akan kita pilih (Joko widodo dan Prabowo Subianto) bukanlan calon pemimpin
yang sempurna, yang tidak terlepas dari kekurangan ketika ia jauh sebelum
mendeklarasikan diri sebagai calon presiden, maupun nanti setelah menjadi
seorang presiden, namun yang menjadi gambaran saat ini, dukungan politik
masyarakat belum mencerminkan masyarakat yang menjunjung etika dan tata krama,
seakan pilpres tahun ini memilih ‘Tuhan’ yang harus dipastikan menang,
sementara lawannya merupakan ‘iblis’ atau ‘setan ‘yang wajib untuk
dikalahkan,kedewasaan pandangan seperti ini sangat jauh dari cerminan budaya
politik yang sehat. Apakah dinegara lain seperti saat ini pendidikan
politiknya?
Pada
tanggal 9 Juli 2014 nanti , dapat
dipastikan kita mengetahui siapa
presiden yang akan dipilih oleh mayoritas penduduk Indonesia, namun lagi-lagi
melihat kondisi objektif karakteristik pendukung saat ini, ada kekhawatiran
bagi pendukung yang calon presiden yang ‘kalah’, tidak menerima kekalahan
bahkan cenderung anarkis secara pemikiran, inilah mengapa fenomena mendukung
capres dan cawapres tahun 2014 ini seakan memilih tuhan dan iblis, mainset
pemilih menjadi ‘ortodoks’ bahkan ‘kekanak-kanakan’ melihat sisi-sisi dukungan
politik yang belum tentu juga membawa demokrasi Indonesia menjadi demokrasi
substansial bukan demokrasi yang sifatnya prosedural.
Intinya,
semoga Pilpres ini cepat berlalu, dan menghasilkan presiden Indonesia yang
hebat, masyarakat pendukung yang kalah juga tidak mesti berperilaku oposisi,
jika presiden terpilih mempunya program kerja yang bagus dan nyata untuk rakyat
maka wajib untuk didukung, namun jika bertolak belakang wajib pula untuk
dikritisi bersama. Ini adalah tulisan pribadi yang berangkat dari kegelisahan padangan
yang terlihat sehari hari, sangat sederhana namun mempunyai impikasi buat
penulis pribadi dan juga pembaca. Terima Kasih.http://politik.kompasiana.com/2014/07/02/memilih-tuhan-atau-memilih-presiden-665792.html
Salam Perubahan